Budidaya tanaman, seperti yang kita tahu, gampang-gampang
susah. Sama seperti usaha yang lain, bila kita melakukan suatu usaha dalam
skala kecil, tentu saja jauh lebih mudah daripada dalam skala besar. Saya ambil
contoh, bila kita mengusahakan budi daya tanaman cabe dengan jumlah 5 – 10
tanaman, pasti gampang sekali, dengan sedikit waktu dan ketelatenan, saya yakin
10 batang tanaman cabe tersebut akan memberikan hasil yang bagus sekali.
Kenapa? Karena kita sendiri masih mampu untuk mengolah tanahnya, menyiram, atau
memberi obat-obatan yang diperlukan. Tetapi bagaimana bila cara budidaya cabai atau cabe ini tersebut
diperbesar hingga 1 hektar? Apakah semudah kita menanam 10 batang tanaman cabe?
Untuk budi daya tanaman dengan lahan di atas 1 hektar, diperlukan suatu manajemen yang lebih bagus lagi daripada sekedar menanam, menyiram, memupuk dan sebagainya. Banyak orang yang mencoba-coba untuk membudi dayakan beberapa macam tanaman pertanian, tetapi tidak bisa bertahan lama karena selalu merugi. Kerugian tersebut dikarenakan jeleknya manajemen dalam mengelola suatu budi daya tanaman. Sebagai pengalaman, saya sudah beberapa kali membudidayakan suatu hasil pertanian, mulai budidaya tanaman cabe, budidaya jagung, budidaya ketela rambat, hingga budidaya kacang tanah. Tetapi ketika panen, selalu saja rugi atau sedikit sekali keuntungannya. Dari evaluasi saya, kerugian tersebut disebabkan beberapa hal diantarany:
1. Harga komoditas yang relative turun. Beberapa komoditi memang harganya tidak stabil. Beberapa komoditi tersebut antara lain, cabe, tomat, ketela rambat, dan lain-lain.
2. Besarnya biaya pengairan karena penanaman dilakukan tidak pada saat musim hujan. Biaya pengairan ini selain dari air yang harus beli dari jagatirta (biasanya masuk kas desa) dan juga dari biaya untuk tenaga
3. Besarnya biaya untuk tenaga pengolahan dan perawatan. Biaya untuk tenaga pengolah ini merupakan biaya yang paling besar dan paling sulit dikontrol, karena perhitungan tenaga di desa biasanya menggunakan upah harian. Rasio luas lahan dan jumlah pekerja dibanding waktu, seringkali tak terkontrol, terutama bila kita tidak setiap-tiap waktu melihat pekerjaan mereka.
Dari 3 faktor di atas, faktor pertama tentang harga agak sulit kita atasi, memperkirakan rasio ketersediaan dan kebutuhan mungkin masih bisa mengatasi kemungkinan kerugian karena jatuhnya harga suatu komoditas.
Faktor yang kedua, bisa dihindari dengan memilih waktu tanam pada saat musim hujan. Tapi ini akan mengakibatkan turunnya produktivitas lahan.
Faktor ketiga, tentu saja bisa diminimalkan dengan pengawasan yang ketat dan supervise yang terus menerus.
Cara lain yang bisa kita lakukan untuk meminimalisasikan ketiga factor penyebab kerugian dalam budidaya tanaman pertanian di atas adalah dengan memilih budi daya tanaman yang mempunyai usia panen 1 tahun dengan hasil kurang lebih sama dengan 3 kali panen budidaya yang lain. Tanaman yang mempunyai usia panen 1 tahun dengan harga yang kurang lebih sama dengan 3 kali panen budidaya yang lain di antaranya adalah, budi daya singkong (atau ketela pohon) dan budidaya tebu.
Untuk budi daya tanaman dengan lahan di atas 1 hektar, diperlukan suatu manajemen yang lebih bagus lagi daripada sekedar menanam, menyiram, memupuk dan sebagainya. Banyak orang yang mencoba-coba untuk membudi dayakan beberapa macam tanaman pertanian, tetapi tidak bisa bertahan lama karena selalu merugi. Kerugian tersebut dikarenakan jeleknya manajemen dalam mengelola suatu budi daya tanaman. Sebagai pengalaman, saya sudah beberapa kali membudidayakan suatu hasil pertanian, mulai budidaya tanaman cabe, budidaya jagung, budidaya ketela rambat, hingga budidaya kacang tanah. Tetapi ketika panen, selalu saja rugi atau sedikit sekali keuntungannya. Dari evaluasi saya, kerugian tersebut disebabkan beberapa hal diantarany:
1. Harga komoditas yang relative turun. Beberapa komoditi memang harganya tidak stabil. Beberapa komoditi tersebut antara lain, cabe, tomat, ketela rambat, dan lain-lain.
2. Besarnya biaya pengairan karena penanaman dilakukan tidak pada saat musim hujan. Biaya pengairan ini selain dari air yang harus beli dari jagatirta (biasanya masuk kas desa) dan juga dari biaya untuk tenaga
3. Besarnya biaya untuk tenaga pengolahan dan perawatan. Biaya untuk tenaga pengolah ini merupakan biaya yang paling besar dan paling sulit dikontrol, karena perhitungan tenaga di desa biasanya menggunakan upah harian. Rasio luas lahan dan jumlah pekerja dibanding waktu, seringkali tak terkontrol, terutama bila kita tidak setiap-tiap waktu melihat pekerjaan mereka.
Dari 3 faktor di atas, faktor pertama tentang harga agak sulit kita atasi, memperkirakan rasio ketersediaan dan kebutuhan mungkin masih bisa mengatasi kemungkinan kerugian karena jatuhnya harga suatu komoditas.
Faktor yang kedua, bisa dihindari dengan memilih waktu tanam pada saat musim hujan. Tapi ini akan mengakibatkan turunnya produktivitas lahan.
Faktor ketiga, tentu saja bisa diminimalkan dengan pengawasan yang ketat dan supervise yang terus menerus.
Cara lain yang bisa kita lakukan untuk meminimalisasikan ketiga factor penyebab kerugian dalam budidaya tanaman pertanian di atas adalah dengan memilih budi daya tanaman yang mempunyai usia panen 1 tahun dengan hasil kurang lebih sama dengan 3 kali panen budidaya yang lain. Tanaman yang mempunyai usia panen 1 tahun dengan harga yang kurang lebih sama dengan 3 kali panen budidaya yang lain di antaranya adalah, budi daya singkong (atau ketela pohon) dan budidaya tebu.
Panen Tebu mengharap Rendemen TInggi |
Untuk budidaya tebu, ada kelebihan lain dibanding budidaya ketela pohon yaitu biaya tanam yang muncul hanya 1 kali untuk 4-5 kali panen. Tebu hanya memerlukan sekali biaya tanam, sedangkan untuk tahun berikutnya, hanya perlu biaya pupuk dan penyiangan rumput yang bisa dilakukan dengan system borongan. Jadi masih memilih budi daya tanaman cabe dibanding tanaman tebu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar